Tak terasa
waktunya, Apa yang di katakannya kemarin itu benar terjadi, malam itu juga ia
pergi meninggalkanku. Sahabat yang ku sayamgi telah pindah. Aku mengerti apa
yang di alaminya saat itu. Hanya karena terlilit hutang itu masalahnya. Aku dan
orangtuaku hanya membantu sebisanya. Komputer yang Santi miliki itu telah di
jual semua kepada Ayahku. Barang-barang rumah tangga juga di beli oleh Ibuku
darinya. Ayahku juga memberi uang 5 juta untuk melunasi semua hutang-hutangnya kepada
orang yang memberi pinjaman pada keluarga Santi.
Memang banyak
jasa-jasa kami di mata mereka. Tetapi kadang perkataan orangtuaku di hiraukan
begitu saja oleh orangtua Santi, Keluarga itu bersikeras untuk kabur dari rumah
karena tidak sanggup lagi untuk melunasi hutang mereka termasuk kepada Bank dan
rentenir.
Kini sudah 2
sahabat yang meninggalkanku, yang pertama Zakiyah, ia sahabatku sewaktu TK
sampai sekarang. Ia memilih sekolah di pesantrern Jakarta karena keinginan dari
Ayahnya. Memang kami masih bisa bertemu tapi itu pun jarang hanya 1 tahun
sekali. Sekarang Santi yang meninggalkanku, betapa sedihnya aku saat itu. Di
tinggal sahabat adalah hal yang paling menyedihkan saat itu. Betapa tidak, aku,
Zakiyah dan Santi selalu bersama. Kadang kami bercanda, tertawa bersama dan
bertukar pikiran.
Pernah suatu
hari sebelum Zakiyah pindah untuk bersekolah di Jakarta, kami duduk santai di
taman kota, kami bercerita banyak hal, bercerita betapa serunya pengalaman
pribadi masing-masing.
Di mulai dengan
Bismillah Zakiyah mulai bercerita “Aku masih ingat waktu dulu, waktu masih ada
Mama. Mama kandungku, ia selalu menyuapiku dan adikku juga, Kadang bila Reyhana
datang ke rumah dia juga di ajak makan sama Mama, Bahkan Reyhana ikut di suapi
sama Mama. Iya kan An?” Lalu iya beralih kepadaku dan aku mengiyakan
perkataannya.
“Oh ya sekarang
giliranku ya, boleh gak?” Tanyaku pada Zakiyah dan Santi. “Iya boleh!” Sahut
mereka serenpak. Aku pun mulai melanjutkan pembicaraan ini dan aku mulai
bercerita. “Ini kisah ku waktu kelas 2 SD, Waktu aku di ajak orangtuaku ikut
pergi ke pantai Tangkisung Bsnjarmasin, di waktu Liburan sekolah Adikku.
Ceritanya begini…” dan bla bla bla aku bercerita cukup panjang hingga membuat
aku kehausan.
“Nah, sekarang
giliran kamu Santi.” Ucap Zakiyah dan mempersilahkan untuk memulai ceritanya.
“Hmmm..” gumamnya. Sepertinya ia bingung harus bercerita apa. “gak usah di
paksakan kalau kamu bingung.” Kataku.
“Iya An,
A..a..aku…” Katanya terbata-bata. “Kenapa?” tanyaku heran. “Aku sedih bila
harus berpisah dengan Zakiyah.” Lanjutnya lagi, perlahan ia mulai mengeluarkan
air mata. Aku pun ikut bersedih. Kami tidak ingin kehilangan sosok Zakiyah yang
seelalu ada buat kami. kami cukup bahagia bisa bersamanya selama ini.
“Santi,
Reyhana, kalian jangan bersedih, aku di sini hanya menuruti keinginan Ayahku.
Kita pasti bertemu lagi, kita bisa kumpul bersama lagi, jadi jangan khawatir.”
Kata Zakiyah. Tak terasa suasana yang tadinya bahagia kini menjadi kesedihan.
Hampir tiga
tahun ini akui tidak bertemu Zakiyah dan Santi dan selama itulah aku mengingat
sesuatu. Santi berpamitan denganku.
“Reyhana!”
teriak santi dari belakang, ia lalu berlari menghampiriku. “Iya ada apa Santi?”
Tanyaku heran. “Ada yang harus aku bicarakan Padamu.” Kata santi pelan. “Apa
itu?” tanyaku lagi. “Sudah ikut aja.” Santi lalu menarik tanganku untuk menuju
ke suatu tempat di mana aku, Zakiyah dan Sant selalu bersama.
“Kamu sudah tau
kan masalah dalam keluargaku?” Tanyanya. Aku pun mengangguk menandakan tahu
dengan masalah yang menimpa keluarganya. “Aku akan pergi.” Katanya berterus
terang. “Tapi kenapa?” Tanyaku. aku rasanya tak percaya bila Santi harus
meninggalkanku sendiri tanpa dia.
“Kamu tau kan
keluargaku terlilit banyak hutang, orang tuaku tak sanggup untuk melunasinya.”
Katanya dengan nada pelan. Aku hanya terdiam menatap dirinya yang kecil itu
harus pergi jauh. Lalu ia melanjutkan perkataannya itu. “Ini rahasia, aku dan
keluargaku memutuskan kabur dari rumah. Jaga dirimu baik baik Reyhana.” Ia lalu
mengakhiri perkataannya. Dan menghapus semua air matanya.
“Jangan lagi,
setelah Zakiyah, kenapa kamu juga ikut pergi? Aku tak ingin kau jauh dariku.”
Kataku dengan air mata yang telah membasahi pipiku. Santi lalu memelukku dan
menghapus semua air mataku. Lalu ia pergi begitu saja tanpa memperdulikan aku.
—
Tak terasa
sudah, ini adalah hari terakhirku di sekolahku yang telah memberikan banyak
kenangan di sana. Sekolahku MASAMUDA (MTs Muhammadiyah 2)-ku, guru-guruku,
teman-temanku dan adik-adikku semua, mereka adalah kenangan terindahku. Banyak
hal yang aku dapat dari mereka semua yaitu kebersamaan dan persaudaraan. Tak
akan ku lupakan kenangan indah bersama kalian sampai akhir hayatku, Itu
janjiku.
Perpisahan ini
merupakan kebahagiaan sekaligus kesedihan. Ya aku bahagia karena bisa
melanjutkan sekolah ke MA nantinya dan sekaligus sedih karena berpisah dengan
orang-orang yang ku sayangi di sekolah ini.
Setelah aku berdiri di atas panggung untuk membacakan puisi TERIMAKASIH GURUKU aku lalu kembali duduk di tempat dudukku dengan air mata ini. Tak rela rasanya bila berpisah dengan orang yang ku sayang. Sekolahku, guruku, teman-teman dan adik-adikku serta sahabatku Zakiyah dan Santi. Kalianlah sumber kebahagiaanku. Kalian akan selalu ku ingat selamanya.
— TAMAT —
Tidak ada komentar:
Posting Komentar