Wah,
ternyata masih banyak ya muslimah muda yang pikirannya masalah mode en duniawi
aja dalam kehidupannya. Ya, masalah Islam sebagai ideologi cuma dianggap
sekelebatan aja atau diambil setengah-setengah. Mereka anggap masa remaja masa
yang ‘suka-suka’, mencari jati diri (tapi nggak ketemu-ketemu). Masalah akil
baliq sebagai proses pendewasaan menuju kesiapan menerima amanah yang lebih
‘berat’ malah terabaikan. Begitu dapat masalah, yang jadi rujukan malah
media-media remaja yang nggak islami.
Jati diri muslimah
Yup,
talking seriously akhwat. Eyes to eyes, heart
to heart. Mungkin saking terbiasa dengan kenyamanan alias stuck in
comfortable zone plus nggak mau turun gengsi, nggak sedikit muslimah yang
masih betah dalam sekulerisme (memisahkan antara aturan agama dan kehidupan)
dan menjadi liberal plus berpaham kapitalis yang akhirnya jadi matre dan
konsumtif.
“Kan,
masih muda terus hidup cuma satu kali. Jadi nikmatin aja. Lagian, nggak minta
juga diciptain ke dunia ini. Kalo mati ya mati aja. Terserah Tuhan mau ngapain
gue. Emang masalah buat elo?” — nganga deh kalo ketemu ‘muslimah’ yang
ditegur en dinasehati tapi jawabannya kayak gitu...
Akhwat SMADA, memang
akan bermunculan beraneka ragam jawaban yang isinya ‘pembenaran-pembenaran’
(bukan kebenaran). Contoh aja, berpakaian. Kalo ada acara-acara religius,
pakaiannya pada nutup dengan sopan tapi tetep keliatan lekuk tubuh, kalo pun
nggak pake kerudung ya pake pashmina atau selendang yang cuma diselempangin
begitu aja di kepala dan kalo kena angin atau kebanyakan gerak ya kelepas deh,
kemudian rambutnya pun keliatan.
Bagaimana
dengan pandangan hidup? Halah, ternyata nggak fokus menjadikan Islam sebagai
standar. Padahal, kalo dalam Islam cukup memahami, bahwa kita diciptakan oleh
al-Khalik yakni Allah Ta’ala, begitu diciptakan dan menjalani fase-fase
kehidupan kita sudah diberi petunjuk melalui al-Quran dan as-Sunnah untuk
menjalankannya dalam kehidupan. Next, begitu ajal tiba, kita kembali
kepada Allah dan kemudian menuju akhirat, dikumpulkan di padang Mashyar,
dihisab segala perbuatan di dunia lalu menanti hasilnya, surga atau neraka.
Jadi,
jati dirinya seorang muslim ya keislamannya itu. Mengamalkan seluruh aturan
Allah Ta’ala dalam kehidupan. Susah? Berat? Memang. Tapi pasti bisa. Kalo mau
belajar, berusaha dan membiasakannya dalam kehidupan. Contoh: Belajar berhijab,
berusaha untuk selalu mengenakannya dan membiasakan disiplin untuk berhijab
(jilbab dan kerudung) tanpa pilah-pilih momen. Mau mantenan, perpisahan, ke pasar,
sekolah tetep berhijab. Titik. Dilarang? Sama ortu? Sama pihak sekolah?
Kampus? Tempat kerja? Itulah ujiannya. Allah Swt. menguji keimanan para
muslimah. Pengorbanannya untuk bisa berhijab insya Allah imbalannya adalah
surga.
Allah
Swt.befirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta (QS al-Ankabut [29]: 2-3)
Dan,
begitu kita bebas berhijab sesuai syariah apakah kemudian tenang? Sebenarnya
masih ada PR. Yakni, mengajak muslimah lainnya yang belum berhijab untuk
memakainya selain itu juga memperjuangkan kembali kehidupan Islam agar seluruh
aspek kehidupan murni bertumpu pada Islam.
Kapitalisme bikin rugi lahir batin
Apa
sih ukuran cantiknya seorang wanita? Ternyata kini kapitalisme telah
mengubahnya menjadi, cantik itu putih, langsing, wajah cerah tanpa noda.
Berlomba-lomba deh pada beli krim pemutih badan dan wajah, terus beli produk
pelangsing tubuh. Pengen merawat tubuh dan wajah sih ok aja, tapi liat dulu
prioritasnya, penting banget berkulit kinclong? Kalo penting, ok, kan merawat
anugerah ilahi. Tapi liat dulu, produk yang dipake, halal nggak? Terus, nggak
harus ber-make-up kan? Selain itu, walau pun produknya halal tapi dipake di
saat yang nggak pas, ya bisa jadi maksiat. Contoh: kosmetiknya terbuat dari
bahan halal, tapi makenya buat tebar pesona dengan lawan jenis atau ber-make up
menjadi kewajiban karyawati di kantor misalnya. Ditambah lagi dengan
kontes-kontes kecantikan ‘Miss ini Miss itu’ yang standar penilaiannya ya
tetep: fisik.
Kalo
yang nggak ngeh en su’udzon bagaimana cara Islam memuliakan wanita, ya
bilangnya ribeut, fanatik, terkekang. Waduh, bukannya udah kewajiban tuh
melaksanakan perintah Allah Ta’ala? Allah Swt sudah
melindungi dan memuliakan muslimah dengan aturanNya.
Jadi,
berjuanglah, Akhwat! Bebaskan dirimu dari belenggu
kapitalisme. Insya Allah, bisa! Kalo nggak berusaha, bisa terus-terusan bodi,
wajah, tenaga bahkan keimananmu dieksploitasi sama
yang namanya kapitalisme.
Remaja muslimah idaman umat
Nah,
Akhwat SMADA. Sebenernya, kalo udah berusaha membebaskan diri dari
belenggu kapitalisme nan sekuler dan matre itu, justru sebenarnya akan menjadi
remaja muslimah idaman umat. Mungkin, bagi yang nggak ngerti akan pentingnya
aplikasi Islam dalam kehidupan ya akan mencemooh. Tapi seperti yang saya
bilang, ya itulah ujiannya. Ujian keimanan, juga mempertahankan kebenaran.
Jangankan
orang sekeliling, ortu pun yang nggak ngeh akan pentingnya aplikasi Islam dalam
kehidupan bakal ngelarang anak-anaknya untuk mengkaji Islam, berhijab, dan
berdakwah. Sebaliknya malah nyuruh anaknya pacaran. Larangan tersebut
berdasarkan alasan bahwa anaknya jadi nggak gaul, dan terbawa aliran sesat.
Waduh! Yah, bersabarlah. Padahal dengan kembalinya kita kepada Islam dan
menjadi anak shalihah justru menjadi aset terbesar untuk ortu kita begitu di
akhirat kelak. Mudah-mudahan ortu kita ngerti ya. Aamiin.
Rasulullah saw bersabda, “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka
putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan untuknya.” (HR Muslim)
Move On!
Yup,
teruslah berjuang untuk menjadi remaja muslimah idaman umat, yang mampu menjadi
penerang bagi umat yang kini tengah dicengkeram kapitalisme global.
Bersiaplah untuk selalu bertahan dalam menghadapi segala cobaan yang datang.
Tenang, you’re not alone. Bersama
kita bisa! Jadi,
aktiflah dengan komunitas-komunitas
Islam yang memperjuangkan tegaknya kembali syariah Islam di muka bumi
ini. Islam yang dijadikan sebagai ideologi negara dalam naungan Khilafah
Islamiyah.
Nah,
kalo udah gabung untuk dibina dalam mengkaji Islam kita kudu bersikap
sungguh-sungguh. karena
kita dibina bukan sekadar untuk ‘penyegaran jiwa’, tapi digembleng supaya bisa
jadi pribadi tangguh yang nggak keder ngorbanin mental, materi/harta, waktu
sampe jiwa. Makanya kita bakal dibina bener-bener baik itu dalam masalah ilmu
Islam juga dibina untuk aplikasinya dalam kehidupan. Jadi, nggak sekadar
ta’lim. Belajar, pulang, bebas. No! Tapi: belajar dan diskusi, resapi,
pikirkan, amalkan, sebarkan (dakwahkan) dan pertahankan kebenaran.
Gimana,
akhwat? Siap jadi muslimah idaman umat? Dalam kondisi apapun, kita harus siap karena memang kewajiban yang harus kita taati. Oke
deh, selamat berbenah diri, mengubah diri menjadi lebih baik dan
bersungguh-sungguh mengamalkan Islam dalam kehidupan. Mulailah dengan
cintai Islam dan ikuti kajian-kajian keislaman. Good Luck! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar