Aku sering
duduk menyendiri di pojokan sekolah mencari tempat sepi. Aku lebih senang
sendiri dan menjauh dari siapapun itu. Ya, setelah kejadian waktu itu aku lebih
sering menyendiri dan bahkan banyak orang yang mengucilkan diriku. Menjauhi
diriku karena mereka mengganggap aku aneh dan pembawa kematian menurut mereka.
Dua bulan yang
lalu aku mengalami kecelakaan sekeluarga dan menyebabkan kedua orang tuaku
meninggal dan untunglah saat itu aku hanya mengalami beberapa luka yang lumayan
parah namun masih bisa diselamatkan dan koma selama sebulan lebih. Ya aku
tertidur tidak sadarkan diri selama sebulan lebih kata orang.
Ada hal lain
yang lebih menakutkan setelah aku sadar dari koma selain mendengar kabar kedua
orang tuaku telah meninggal. Ada sesuatu yang berbeda pada diriku. Aku kini
bisa melihat sebuah cahaya kehidupan setiap orang. Ada cahaya tersendiri di
setiap kepala manusia yang aku bisa lihat. Jika cahaya tersebut terang berarti
orang tersebut masih akan tetap hidup hingga cahaya tersebut meredup dan
kemudian padam. Sudah tentu jika cahaya orang tersebut padam maka ia sudah
tidak bernyawa lagi.
Pertama aku
menerima keanehan ini aku belum bisa sepenuhnya menerima. Seperti saat awal aku
masuk sekolah kembali aku melihat cahaya kehidupan wali kelasku sudah sangat
redup dan akan padam. Aku langsung bilang kepada teman-temanku waktu itu jika
kita akan kehilangan wali kelas kita karena dia akan segera meninggal. Banyak
teman-temanku yang menggangap aku hanya sebatas bercanda dan mereka semua hanya
menanggapi dengan tawaan saja.
Esoknya ketika
aku baru memasuki kelas sekolah semua teman-temanku menjauh dari diriku dan
banyak yang menatap sinis sambil bisik-bisik tidak jelas tentang diriku.
Ternyata benar, wali kelasku meninggal karena semalam ia mengalami kecelakaan
lalu lintas. Mulai saat itulah aku mulai dijauhi oleh teman-temanku dan aku pun
memaklumi itu semua dan mulai belajar sendiri.
Aku bukan tidak
pernah menjaga mereka yang cahaya kehidupannya mulai redup. Aku sudah sering
memperingatkan mereka semua yang saat itu cahaya kehidupannya mulai redup.
Namun aku tidak bisa melawan takdir yang sudah di buat.
Saat itu
sahabat terbaikku cahaya kehidupannya sudah hampir padam dan aku panik setengah
mati melihatnya. Aku memperingatkan agar dia lebih hati-hati karena ada bahaya
yang sedang mengancam dia saat ini. Selama dua hari aku menemani dia di kamar
dan tidak sekolah karena aku khawatir cahaya kehidupan dia yang sudah sangat
redup. Selama dua hari lebih itu pulalah cahaya redup itu bertahan, namun
tiba-tiba cahaya kehidupan tersebut padam ketika hari ketiga tiba-tiba ia
terjatuh dari lantai sepuluh kamar apartemen dia. Aku tidak tahu saat itu
kenapa ia bisa terjatuh. Ya, mungkin karena takdir, takdir sudah mengharuskan
ia harus segera meninggal karena cahaya kehidupan dia sudah sangat redup.
Takdir kematian
itu sudah di tetapkan dan tidak bisa di rubah sebesar apapun usaha kita. Dan
aku terkadang tidak bisa menerima kelebihan yang aku miliki ini. Jika boleh,
aku tidak ingin bisa melihat cahaya kehidupan manusia. Aku tidak ingin tahu
kapan hidup mati seseorang. Aku ingin kembali normal lagi seperti dulu dan
menjalani semuanya seperti biasa.
Suatu malam aku
terbangun dari mimpi buruk. Menurutku itu adalah sebuah mimpi terburuk yang
pernah aku alami. Aku sedang tertidur di sebuah ruangan gelap dan tidak bisa
bergerak sama sekali. Yang aku tau saat itu di sampingku banyak sekali
orang-orang terdekatku yang sudah meninggal.
Aku mencuci
mukaku dan sejenak kurasakan kesegaran menghapus segala ketakutan yang ada.
Namun, belum hilang semua ketakutan akibat mimpi tadi, kini aku lebih takut
lagi ketika aku melihat di cermin cahaya kehidupanku sudah semakin redup bahkan
akan segera padam. Aku benar-benar tidak sadar karena aku tidak melihat cermin
seharian ini. Aku panik dan takut sekali waktu itu ketika harus menerima
kenyataan bahwa aku akan segera meninggal.
Aku tak kuasa
menahan air mata yang keluar dari kedua mataku ini. Aku tidak bisa membayangkan
di usiaku yang muda ini aku harus segera meninggalkan kehidupan. Aku bahkan
tidak bisa mewujudkan impian-impian kecilku seperti lulus sekolah, kuliah,
bekerja, menikah, punya anak… Arghh semua impian itu kini harus lenyap
gara-gara cahaya kehidupan ini.
Aku langsung
keluar kamar dan berlari karena aku benar-benar sangat frustasi. Aku harus
mencari sebuah tempat yang benar-benar sangat aman yang bisa menjaga agar
cahaya kehidupanku ini tidak padam. Tempat yang tidak ada bahaya sama sekali.
Aku terus berlari hingga aku tidak sadar sebuah truk melaju sangat cepat ketika
aku hendak menyebrang sebuah jalan besar.
Aku kira aku
sudah tewas saat itu karena jarak aku dan truk itu sudah sangat dekat dan pasti
aku sudah tertabrak oleh truk tersebut. Namun, aku masih hidup dan aku terus
berlari menjauhi segala macam marabahaya. Jalanan tidak baik untukku saat ini,
terlalu banyak bahaya yang mengintai cahaya kehidupanku yang semakin meredup.
Aku terus
berlari dan berlari hingga sampai di sebuah rumah kosong. Rumah kosong tempat
tinggalku dulu bersama orang tuaku karena usai kecelakaan itu aku tinggal
bersama nenek dan kakekku dan rumahku yang dulu sengaja di kosongkan dan tidak
di urus.
Aku masuk ke
dalam rumah tersebut dan masuk ke dalam kamarku yang dulu. Kamarku masih sama,
masih ada kasur, lemari dan benda-benda lainnya. Aku langsung menuju kasurku
yang sedikit berdebu itu dan menangis sejadi-jadinya. Berteriak mengapa semua
ini bisa begini dan kemudian mengamuk mengacak-acak isi kamarku hingga aku
akhirnya lelah dan tertidur di lantai kamarku.
Ketika aku
terbangun aku bukan lagi berada di kamarku yang dulu melainkan di rumah
nenekku. Aneh sekali rasanya masih pagi begini namun terdengar seperti banyak
suara orang-orang. Terdengar juga banyak tangisan yang semakin mebuatku
penasaran. Aku kaget begitu pergi ke ruang tamu ternyata banyak keluarga dan
teman-temanku di situ. Mereka sedang menangis sambil bergantian memeluk seorang
jenazah.
Aku semakin
bingung, siapa yang meninggal dan mengapa aku tidak di bangunkan dan di beri
tahu jika ada yang meninggal. Aku mengamati semakin dekat sosok jenazah
tersebut dan aku tidak percaya jika jenazah tersebut adalah diriku. Aku yang
menjadi jenazah tersebut dan cahaya kehidupannya pun sudah padam berbeda dengan
cahaya kehidupan orang-orang yang hadir saat ini yang masih terang.
Aku terpaku
melihat nenekku menangis sambil memeluk erat jenazah diriku. Beberapa orang ada
yang berbisik menjelaskan jika semalam aku tertabrak sebuah truk di jalan dan
langsung meninggal di tempat. Tidak mungkin, aku rasa ini mimpi. Ya, aku ini
sedang bermimpi buruk lagi seperti kemarin malam. Tidak… tidak mungkin aku
sudah meninggal. Aku berteriak keras sekeras-kerasnya hingga suaraku habis tak
bisa bersuara lagi dan kemudian semua berubah menjadi gelap dan sunyi
selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar