-

Ingatlah MATI, Ingatlah ALLAH SWT!

Tak ada seorang pun di muka bumi ini, baik muslim ataupun kafir, yang mengingkari adanya maut. Di mana pun kita berada kita tidak akan bisa mengelak darinya. Meski kita berlindung ke dalam sebuah bangunan kokoh yang menjulang dilengkapi dengan pengawalan security yang serba canggih, tetap tidak akan bisa menolak datangnya maut. Tidakkah kita perhatikan firman Allah l:
“Di mana pun kalian berada niscaya maut akan menjumpai kalian, meskipun kalian berada di dalam benteng kokoh yang menjulang.” [Q.S. An-Nisa`:78].
Inilah kematian, datang memotong segala kelezatan dunia yang fana lalu meninggalkan rasa sesal, kenapa tidak dari dulu beramal, kenapa tidak dari dulu bertaubat.  Maka dari itu, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk banyak mengingat kematian sebagaimana dalam sabda beliau yang artinya, “Perbanyaklah untuk mengingat pemotong kelezatan, yakni kematian.” [H.R. At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah z, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani t].
Allah swt juga berfirman dalam surat Al-Mu`minun:
“Hingga ketika datang kematian kepada salah seorang dari mereka, dia pun mengatakan, ‘Wahai Rabbku, kembalikanlah aku. Agar aku beramal shalih pada apa yang aku tinggalkan.’ ‘Sekali-kali tidak, hal itu hanyalah sebuah kata yang dia katakan.’ Dan di belakang mereka ada pembatas hingga hari dibangkitkan.” [Q.S. Al-Mu`minun:99-100].
Maut Yang Sering Terlupa
Kebanyakan kita sering melupakan kematian yang pasti akan mendatangi. Kekayaan dan kesuksesan kadang membuat lupa dan lalai bahwa kita tidak selamanya hidup di dunia. Tak jarang, hidup pun kita isi dengan hal-hal yang sedikit manfaatnya. Padahal, setiap detik waktu ini adalah bahan untuk kehidupan akhirat kita. Jika waktu kita ini dipergunakan dengan baik, akhirat pun akan baik, demikian sebaliknya. Sungguh benar ucapan Imam Asy-Syafi’i t,
“Waktu adalah pedang, jika engkau bisa memotongnya, maka engkau selamat, jika tidak, dia akan memotongmu.” (dikutip dalam Ad-Da` wad Dawa`, karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah t)
Demikianlah, waktu merayap sedikit demi sedikit menuju ajal yang telah ditentukan. Seorang yang beriman akan menggunakan waktunya demi ketaatan kepada Allah swt sebagai persiapan kematian yang akan dia hadapi. Orang yang seperti inilah orang yang cerdas. Rasulullah saw pernah ditanya oleh para sahabat,
Wahai Rasulullah saw, siapakah mukmin yang paling cerdas?” Beliau ` pun menjawab yang artinya, “Yang paling banyak mengingat mati dan paling bagus persiapannya untuk itu. Merekalah orang yang paling cerdas.” [H.R. Ibnu Majah dari shahabat Ibnu Umar c, hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani t].
Maka, syariat ini pun menganjurkan kita untuk banyak-banyak mengingat maut. Banyak ayat di dalam Al-Quran yang mengingatkan kita akan kepastian datangnya maut. Rasulullah saw juga membolehkan umatnya untuk menziarahi kuburan dengan satu tujuan, mengingat maut. Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda yang artinya,
“Dahulu aku larang kalian untuk menziarahi kuburan, maka sekarang Ziarahilah kuburan karena hal itu bisa mengingatkan kalian pada kematian.” [H.R. Muslim].
Rasulullah saw juga menganjurkan kita untuk menjenguk orang yang sakit serta mengikuti penguburan jenazah dengan tujuan yang sama, yakni mengingat kematian. Rasulullah saw bersabda yang artinya, “Jenguklah orang sakit dan ikutilah penguburan jenazah karena itu akan mengingatkan kalian pada akhirat.” [H.R. Ahmad, Al-Bazzar, dan Ibnu Hibban dari Abu Sa’id Al-Khudri z, Syaikh Al-Albani mengomentari hadits ini, “Hasan Shahih”].
Mengingat maut akan membawa manfaat yang banyak. Orang yang mengingat maut niscaya tidak bermuluk-muluk dalam berangan-angan. Dia cukup dengan pemberian Allah swt pada dirinya. Selain itu, dia akan merasa bersemangat ketika beribadah kepada Allah swt. Ad-Daqqaq t mengatakan,
“Barangsiapa banyak mengingat maut akan dimuliakan dengan tiga perkara: mempercepat taubat, qalbu yang qana’ah, dan semangat dalam beribadah. Dan barangsiapa lupa dengan kematian, dia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan rezeki yang cukup, dan malas dalam beribadah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar