“Barang
siapa ingin menguasai dunia dengan ilmu, barang siapa ingin menguasai akhirat
dengan ilmu, dan barang siapa ingin menguasai kedua-duanya juga harus dengan
ilmu” (Al-Hadist).
Perubahan
lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai dampak globalisasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), harus diakui telah
memberikan kemudahan terhadap berbagai aktifitas dan kebutuhan hidup manusia.
Di sisi
lain, memunculkan kekhawatiran terhadap perkembangan perilaku khususnya para
pelajar dan generasi muda kita, dengan tumbuhnya budaya kehidupan baru yang
cenderung menjauh dari nilai-nilai spiritualitas. Semuanya ini menuntut
perhatian ekstra orang tua serta pendidik khususnya guru, yang kerap
bersentuhan langsung dengan siswa.
Dari sisi
positif, perkembangan iptek telah memunculkan kesadaran yang kuat pada sebagian
pelajar kita akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan. Utamanya untuk
menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era milenium
ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi. Ini
sekurang-kurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi pelajar kita
umumya telah memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan itu.
Don
Tapscott, dalam bukunya Growing up Digital (1999), telah melakukan survei
terhadap para remaja di berbagai negara. Ia menyimpulkan, ada sepuluh ciri dari
generasi 0 (zero), yang akan mengisi masa tersebut. Ciri-ciri itu, para remaja
umumnya memiliki pengetahuan memadai dan akses yang tak terbatas. Bergaul
sangat intensif lewat internet, cenderung inklusif, bebas berekspresi, hidup
didasarkan pada perkembangan teknologi, sehingga inovatif, bersikap lebih
dewasa, investigative arahnya pada how use something as good as possible bukan
how does it work. Mereka pemikir cepat (fast thinker), peka dan kritis terutama
pada informasi palsu, serta cek ricek menjadi keharusan bagi mereka.
Sikap
optimis terhadap keadaan sebagian pelajar ini tentu harus diimbangi dengan
memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual keagamaan dan
aspek pengendalian emosional. Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan kebutuhan
otak dan hati (kolbu). Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberi
jaminan kepada siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama
di dunia tapi juga kelak di akhirat.
Jika hal itu
dilakukan, tidak menutup kemungkinan para siswa akan terhindar dari kemungkinan
melakukan perilaku menyimpang.
Otak sangat berperan
besar bagi manusia. Otak berfungsi untuk mengkoordinir seluruh aktifitas tubuh.
Begitu pentingnya otak manusia, yuk kita intip fakta tentang otak manusia:
- Otak
manusia tersusun dari 100 milyar sel saraf yang di sebut dengan neuron.
- Berat
otak manusia sekitar 13oo sampai 1400 gram
- Otak
manusia bisa menghantarkan triliunan sinyal karena neoron ini saling
berhubungan
- Otak
manusia di aliri darah sekitar 0,85 liter permenit
- Otak
terbagi dua belahan dan masing-masing otak mengendalikan fungsi yang berlawanan
- Otak
mengendalikan pikiran dan tindakan
- Otak
manusia juga mengendalikan pikiran bawah sadar dan gerakan reflek. seperti
bernafas, tidur, mimpi.
- Berat
otak manusia 2,5% dari berat tubuh (wanita) dan 2% dari berat tubuh untuk
laki-laki
- Otak
mengatur jam biologis tubuh seperti menyesuaikan suhu tubuh, mengatur
irama siklus tidur
- Otak
membutuh kan 15 % suplai darah dari tubuh kita
- Otak
terdiri dari 76% air
- Otak
memerlukan oksigen sekitar 25%
- Panjang
pembuluh kapiler dan sistem transportasi otak lebih 100.000 mil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar